![]() |
Picture by Pinterest |
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [QS Luqman : 18]
Terkadang bulan terlalu angkuh untuk mengakui bahwa dia bersinar karena matahari.
Terkadang kita terlalu angkuh, berlagak hebat berjalan sendirian. Dibalik tembok itu kita jatuh, mengakulah, kita adalah jiwa-jiwa kesepian.
Terkadang kita terlalu angkuh, merasa yang paling tahu tentang segala logika ilmu, menelan mentah-mentah segala teori agama dan hadits dengan kaku, lupa bahwa semua ilmu adalah milik-Nya, lupa bahwa kita adalah milik Rabb-mu.
Terkadang kita terlalu angkuh, mengejar segala duniawi yang paling tinggi, hanya karena ingin mewujudkan ambisi dengan ego dan idealisme yang semu.
Berhati-hatilah dengan idealisme berlebihan yang semu, ia hanya akan mengejar secara logika dan nalar tanpa menggunakan unsur ‘hati’ disitu.
Ya, terkadang kita terlalu angkuh, lupa dengan Sang Pembolak-Balik Hati Yang Maha Agung, merasa bahwa apapun yang diidealkan akan menjadi citra positif yang dielu-elu, padahal kita tidak pernah tahu bagaimana rasa kagum itu bisa seketika berubah 180 derajat menjadi rasa hambar yang kelu.
Kenapa kita angkuh, kalau semua yang indah hari ini, bisa ditarik oleh Sang Maha Pengasuh?
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Wallahualam.