The Beautiful Nafs

By Fryda HS - 12:00 AM

Picture by Pinterest


Tenang dalam diam,

Sepi di kerumunan,

Kosong di kajian,

Hambar dalam ibadah,

Sedikit manusia yang mengenal dirinya,

Butuh sujud dan tetesan air mata untuk menyadari bahwa mati tak punya tanggal.


Dari seluruh pelajaran hidup, barangkali yang paling sulit adalah belajar mengenal diri sendiri. Mengenal diri yang dimaksud bukan secara lahiriah, tetapi lebih ke pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti yang baru saja kami diskusikan sore ini,
“Mengapa kita hidup?”,
“Untuk beribadah kepada-Nya”,
“Kalau itu sudah merupakan kewajiban kita sebagai manusia”,
“Lalu mengapa?”, (terdiam sejenak & bertanya-tanya),
“Untuk mengenali Allah”.
Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. 
“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”. 
Begitulah kurang lebih makna dari sabda Rasulullah SAW.
Yang dimaksud dan dipanggil Allah sebagai “diri” pada manusia, sejatinya adalah yang Dia sebut sebagai “nafs” dalam Al-Qur’an. Nafs, dalam bahasa kita, adalah “jiwa”. Diri kita yang sejati adalah nafs (jiwa) yang ada dalam diri kita masing-masing. Jiwa, namun bukan sembarang jiwa. Nafs adalah sebuah entitas lain dari diri manusia sebagai jasad, dimana dia berasal dari alam malakut yang terbuat dari elemen cahaya, akan tetapi bukanlah seperti cahaya yang terbayangkan oleh kita ketika melihat cahaya lampu, elemen cahaya ini sangat khas dan tak terinderai oleh mata lahiriah kita, sebagaimana Allah telah menciptakan malaikat dari elemen yang sama. Jiwa juga memiliki indera sebagaimana yang dimiliki oleh indera jasad tetapi dalam dimensi yang berbeda karena perbedaan elemen pembentuknya. 
Misalkan dalam jasad ada mata untuk melihat setiap benda yang dapat di inderai yang memiliki wujud dengan ruang dan waktu, maka dalam jiwa atau nafs terdapat mata jiwa atau istilah umum yang digunakan adalah mata batin, yang dalam Al-Quran diistilahkan dengan al-bashirah, juga memiliki fungsi untuk melihat, namun yang dilihatnya adalah apa yang tak tampak dalam penglihatan jasad, karena itu dia dapat memiliki kemampuan melihat jauh di atas kemampuan jasad, seperti alam malakut semisal malaikat dan jiwa-jiwa lainnya. Bahkan sering kita mendengar seorang yang karena keshalihannya sehingga Allah SWT anugerahkan sebuah keterbukaan pada bashirah-nya hingga dia bisa membaca apa yang ada dalam hati orang lain. 
“Janganlah engkau bersedih, berdoalah & selalu memohon kepada-Nya,semoga Allah mempertemukan kita kembali.” 
Selanjutnya beliau pun melanjutkan bahwa nafs ini dilukiskan dengan berbagai macam sifat sesuai dengan bebagai keadaannya yang berbeda-beda. Jika ia dalam keadaan selalu tenang dan tenteram dalam menerima ketentuan Allah dan lainnya, dan terhindar dari kegelisahan yang disebabkan oleh pelbagai macam godaan ambisi, maka ia disebut nafs muthmainnah (jiwa yang tenang dan tentram), Seperti dalam firman Allah,
”Wahai nafs muthmainnah, kembalilah kepada Rabb-mu dalam keadaan ridla dan diridlai.” (QS 89 : 27-28)
Sedangkan apabila nafs ini selalu gelisah karena berada dalam kondisi perlawanan terhadap godaan syahwat hawa nafsu, maka ia disebut dengan nafs lawwaamah. (jiwa yang senantiasa menyesali dirinya dan mengecam). Karena ia selalu menyesali dirinya sendiri atas kelalaiannya dalam melakukan pengabdian kepada Allah.
”..dan Aku (Allah) bersumpah dengan nafs lawwaamah (jiwa yang selalu mengecam)” (QS 75:2)
Selanjutnya, jika nafs ini tidak berusaha menyesali dirinya, bahkan senantiasa tunduk patuh kepada dorongan hawa nafsu dan memperturuti bisikan syaitan, maka ia disebut nafs ammaarah bis-suu`i (Nafs yang cenderung menyuruh pada kejahatan).
“…karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku….” (QS 12:53).
Itulah gambaran dari nafs manusia, sehingga apa yang terwujud dalam nafs kita, sesungguhnya itulah jati diri kita sebenarnya dan itulah yang seharusnya kita kenali agar dapat tersingkap semua rahasia yang paling tinggi. Semakin bersih dari dosa nafs seseorang maka akan semakin terpancarkan cahayanya, mungkin itu adalah salah satu penyebab mengapa orang sholeh/sholihah selalu adem dan menentramkan hati jika diamati :)

Semoga pembahasan ini tidak menjadi tulisan yang membosankan dan multitafsir bagi para pembaca :)

Wallahualam.

  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Silakan meninggalkan jejak disini. Kritik dan saran kamu sangat dibutuhkan. Thank you! :)