![]() |
Picture by Pinterest : Baby Breath |
Akhir-akhir ini saya dihadapkan dengan sesuatu hal yang amat krusial dimana saya hanya memiliki dua pilihan dan saya harus memilih salah satu diantaranya.
Ya, begitulah tanda-tanda orang yang masih hidup: dia pasti akan selalu dijumpai dengan yang namanya kesedihan, kesulitan, sakit dan kehilangan.
“(Pintu-pintu) surga itu diselimuti oleh hal-hal yang menyusahkan. Dan (pintu-pintu) neraka itu diselimuti oleh segala hal yang menyenangkan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan segala kebimbangan akhirnya saya memutuskan untuk beristikharah. Dulu ketika saya masih duduk di bangku SMA saya sempat berfikiran bahwa jawaban dari istikharah adalah hanya melalui mimpi. Tetapi sekarang saya semakin tercerahkan bahwa mimpi bukanlah syarat terjawabnya istikharah. Membatasi jawaban istikharah hanya dengan mimpi sebagaimana yang diyakini oleh sebagian orang, adalah tidak benar. Artinya, bila tidak ada mimpi, kita menyangka istikharah yang kita lakukan tidak membuahkan hasil. Bila ada wangsit melalui mimpi, berarti istikharahnya manjur.
Mimpi pun tidak semuanya benar, ada mimpi bawaan dari setan/jin, dan ada yang pengaruh dari perasaan. Dan tak semua mimpi adalah datang dari Allah.
الرؤيا ثلاث حديث النفس وتخويف الشيطان وبشرى من الله
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mimpi yang bersumber dari Allah ‘azza wa jalla, mungkin bisa menjadi jawaban istikharah. Karena Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,
لَمْ يَبْقَ مِنْ النُّبُوَّةِ إِلَّا الْمُبَشِّرَاتُ
“Kenabian tidak ada lagi selain berita gembira.”“Apa yang di maksud dengan berita gembira?”,tanya para sahabat.
Nabi shallallahualaihi wa sallam menjawab,الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ“Mimpi yang baik.”(HR. Al-Bukhari no. 6990)
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dinyatakan,
رؤيا الرجل المسلم، وهي جزء من أجزاء النبوة
“Mimpi seorang muslim, itu adalah bagian dari bagian-bagian kenabian.”
Apa kriteria mimpi yang seperti ini?
Dr. Musthafa Dhib al-Bugha, salah seorang ulama bermazhab Syafi’i, dalam ta’liq untuk Shahih Bukhari menjelaskan, “Mimpi ini adalah, mimpi yang berisi sesuatu yang baik dan menggembirakan kaum muslimin.
Bila kita hubungkan dengan dua jawaban istikharah di atas, mimpi seperti ini termasuk kelapangan dada untuk melanjutkan pilihan.
Namun, untuk mengetahui mimpi itu apakah mimpi baik, yakni datang dari Allah atau bukan, kita perlu berkonsultasi kepada ulama atau ustadz yang memiliki ilmu pengetahuan tentang ta’bir mimpi dan akidahnya lurus. Bila tidak, dikhawatirkan terjatuh kepada khurafat.
Jika tidak menemukan orang yang layak untuk berkonsultasi tentang mimpi, sebaiknya kita abaikan saja. Karena pada dasarnya, mimpi tidak bisa dijadikan pijakan urusan duniawi, apalagi agama.
Jawaban dari shalat istikharah sebenarnya sudah tertera dalam doa istikharah itu sendiri.
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusan dunia dan akhiratku, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau jelek bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya.
“Kemudian dia menyebut keinginannya.”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
(HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).
Artinya, ketika pilihan yang kita curhatkan kepada Allah melalui shalat istikharah tersebut adalah baik, maka Allah akan mudahkan jalan untuk mewujudkannya, dan Allah akan menjadikan hati kita lapang untuk menerima pilihan tersebut.
Inilah jawaban dari shalat istikharah :
Kemudahan yang didapat dalam proses mewujudkan suatu pilihan.
Kelapangan dada atau ketentraman jiwa, untuk condong pada suatu pilihan.
Kelapangan dada atau ketentraman jiwa, untuk condong pada suatu pilihan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan,
فإذا استخار الله كان ما شرح له صدره وتيسّر له من الأمور هو الذي اختاره الله له.
Bila seorang telah melaksanakan shalat istikharah, pilihan yang menentramkan hati dan kemudahan yang ia dapatkan dalam mewujudkan pilihan tersebut, maka itulah yang menjadi pilihan Allah untuknya. (Majmu’ Fatawa 10/539).
Akhirnya terjawab sudah segala kebimbangan ini.
Apabila seorang sudah melakukan shalat istikharah untuk memantapkan suatu pilihan, kemudian dadanya merasakan lapang pada pilihan tersebut, ini adalah tanda bahwa pilihan itulah yang menjadi pilihan Allah ta’ala.
Semoga ditunjukkan jalan yang terbaik.
The first time in my life when I feel so eased after doing istikharah to decide something matters. Do not worry, you will never know what will happen to you today, tomorrow, or the day after. Just give it all to Allah, my dear.
He is Beyond Everything :)
He is Beyond Everything :)
Wallahualam.
Sumber: @muslimahshalihat
0 Comments
Silakan meninggalkan jejak disini. Kritik dan saran kamu sangat dibutuhkan. Thank you! :)