Di era digitalisasi saat ini, kita yang dengan semakin mudahnya dapat mengakses internet dan sosial media dari segala jenis platform, seringkali akan menjumpai timeline yang menampilkan para pria atau wanita rupawan. Mostly mereka sangat tampan, sangat cantik dan sangat menarik. Rupanya, semakin hari fenomena ini semakin dijadikan sebuah standar ketampanan atau kecantikan bagi siapapun yang melihat dan mengikutinya.
Terkadang saya pun sekilas kagum dengan ketampanan orang-orang tersebut. Bagaimana penampilannya yang menarik, rapi, bersih, unik, apapun itu yang ada di sosmed. Begitulah sejauh mata ini memandang, karena kita hidup di dalam empat dimensi, ruang (x, y, z) dan waktu (t). Namun, ijinkan saya untuk menjelaskan tentang Ketampanan melalui dimensi yang kelima, atau emosi dari sudut pandang wanita, yang agak sedikit subjektif.
Badan tinggi proporsional, mata yang indah, bibir merah muda, kulit cerah, wajah bersih berseri dan hidung yang lancip. Mungkin ini adalah standar ketampanan bagi kebanyakan wanita, meskipun nantinya ia akan lebih cenderung menggunakan sisi emosionalnya. Pun tentang pria, tidak dipungkiri bahwa mereka juga memiliki standar yang sama karena pria adalah makhluk visual dan ini adalah hal yang normal secara fisiologis.
Setelah melewati beberapa fase dalam kehidupan, ternyata dimensi Ketampanan lambat laun mengalami distorsi dalam persepsi saya sebagai wanita. Ada dua koordinat basis "Inner Handsome" dibanding "Outer Handsome" yang keduanya sama-sama penting bagi saya. Tetapi menjadi hal yang berubah skala prioritasnya dan pengaruhnya sesuai dengan pengalaman dan perjalanan kehidupan.
Distorsi ini menjadi semakin menguat ketika ada internal atau eksternal faktor lain yang lebih kompleks dan mempengaruhinya. Dan hal inilah yang sebenarnya akan menjadi penentu wanita hanya tertarik atau tertawan (dengan senang hati) dengan lawan jenisnya.
Ibarat menyalakan mesin motor dengan menyalakan tombol kunci starter maka akan menyulut percikan elektrik (ignition) sebagai awalan. Percikan inilah yang kemudian berproses di dalamnya bercampur dengan bahan bakar hingga menimbulkan ledakan pembakaran sehingga mendorong mesin untuk menggerakkan roda dan berjalan.
Nah, ketika wanita melihat pria yang tampan, maka akan terjadi ignition, percikan api sebagai awalan. Akan bisa berubah menjadi ledakan pembakaran jika pria tersebut memiliki potensi atau bahan bakar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Inner Handsome (agama, akhlak yang baik, kecerdasan, budi pekerti, dsb) dimana setiap wanita pasti memiliki standar dan kriterianya masing-masing, sehingga dapat menghasilkan pergerakan dan kemajuan dalam membawa hubungan lebih lanjut menuju tempat tujuan. Jika selama proses terjadi pembakaran hingga akhirnya bergerak dan berjalan, maka wanita akan tertawan dengan senang hati oleh ketampanan luar dalam pria tersebut. Berbeda cerita jika wanita hanya tertarik dengan ketampanannya dan pria tidak memiliki potensi (bahan bakarnya) untuk menciptakan ledakan, maka yang terjadi hanyalah percikan-percikan tidak berarti yang relatif singkat terjadi lalu kemudian hilang.
"Outer handsome ignites the fire, but inner handsome keeps it burning".
Tulisan ini menjadi pengingat bagi saya, daripada hanya sekedar mementingkan hawa nafsu, melulu menjadi makhluk visual atau terlalu membanggakan diri akan ketampanan atau kecantikan luarnya saja. Masih ada hal-hal lain yang lebih essensial dan penting untuk dijaga serta diperbaiki setiap harinya.
Wallahu alam.
Malang, 02 Juni 2024
22.12 WIB
0 Comments
Silakan meninggalkan jejak disini. Kritik dan saran kamu sangat dibutuhkan. Thank you! :)