![]() |
Google Images |
Hati yang selalu berhati-hati. Menyimpan beribu-ribu misteri. Tergores sedikit duri, berjuta-juta rasa perih. Mungkin inilah yang mereka sebut sebagai melankolis. Terlalu intens, berfilsafat dan mendalam.
Ketika kau merasakan seperti
kehilangan sesuatu hal, ketika seketika perasaan yang dulu pernah hilang tiba-tiba
muncul kembali. Perasaan yang merupakan wujud ekspresi dari apa yang kita
kagumi. Apalagi disana masih terdapat semacam trauma dan paranoia yang sempat
meninggalkan bekas luka. Lalu apa yang akan kau lakukan ?............
Dilema. Berpikir keras. Semakin
dipikir semakin tertekan. Kita sibuk berprasangka kepada mereka. Ilusi hati
menipu otak, ataukah ilusi otak yang menipu hati ? Padahal, hati tak pernah
bisa berbohong dan dibohongi.
Harap-harap cemas. Seorang yang
melankolis terkadang terlalu naïf. Berharap akan terjadinya suatu drama yang non fiktif, yang sejatinya hanyalah harapan semu belaka yang dapat mendekatkan dosa.
Cukup dihati saja, aku memanggilmu bidadara….
Pelajaran yang amat sangat berharga
sekali dalam kehidupan kecil ini. Jangan pernah bermain-main dengan asmara,
jika tidak ingin tertimpa karma. Karma yang tak terduga, datang ketika kita
sedang menggebu dengan asmara. Aduhai betapa elok pedihnya panggung sandiwara
dunia….
Pernahkah kau merasakan rindu ? Lalu
siapa dan apa yang kau rindukan ? Sebenarnya kita ini merindukan suatu moment ataukah si pelakunya ?
Sejatinya adalah kita merindukan
sosok Sang Pencipta. Dzat yang memberikan perasaan cinta dan kasih sayang. Dzat
dari segala Dzat.
Ketika kau merasa kehilangan, maka
kembalilah kepada Penciptamu. Seketika perasaan gelisah di hatimu akan pudar.
Bukan karena kau fanatik dengan agamamu, hanya saja kau sedang berada di jalan
yang setidaknya tidak terlalu banyak dosa menimpa.