Setiap orang pasti memiliki gayanya masing-masing dalam melancong. Ada
yang nggembel dengan modal seminimal mungkin, ada juga yang rela mengeluarkan
kocek banyak demi mendapatkan perjalanan yang nyaman dan menyenangkan. Mungkin, pada
23 Januari 2014 pukul 13.55 WIB lalu, Saya, Regine, dan Eka adalah ketiga cewek
nekat yang baru saja backpacking ke Lombok dengan modal ‘seadanya’, bondo nekat dan itinerary yang
telah disusun 6 bulan sebelumnya! Dan Voila!
This is our FIRST backpacker! Yay! Katakan selamat datang kepada suka dan duka
kita! Hahaha! Sebenarnya kita bertiga adalah sang Travelmates, memiliki passion
yang sama dalam hal mbolang dan jiwa bondo nekat yang sama pula xD, thanks God, I’ll give special hug for them
xoxo.
Why backpacking? Because this is
my passionately motto, “Just wanna be a traveler to the edge of the world”. :p
Well, let’s start the journey…
23 Januari 2014, 13.55 WIB
Jujur, saya adalah seseorang yang bisa dibilang suka telat dan hobinya
dadakan. Jadwal KA Sri Tanjung akan berangkat pukul 13.55 WIB, tapi saya
baru saja packing h-3 jam sebelumnya dan berangkat h-1 jam sebelumnya. Woles banget kan? Untung nggak ketinggalan kereta. Sesampainya di Stasiun Gubeng saya menghampiri travelmate saya, Eka, dan kemudian kami pun berangkat bersama menuju ke Stasiun Banyuwangi. Temanku satunya, Regine, ia
menyusul kami dari Stasiun Jember. Cuacanya mendung dan akhirnya gerimis pun mengalir
dari atas jendela kereta. Entah kenapa mendadak melankolis kalau liat hujan. Mungkin hujan disana itu mengandung 1% air dan 99% kenangan kali ya.
Kepanikan pertama saat berangkat adalah, ketika KA kami hampir sampai
di Jember sementara Regine mengirim sms bahwa angkot yang dia naiki belum
sampai di stasiun, disitu saya dan Eka merasa panik. Tak lama kemudian Regine
pun muncul dengan napas terengah-engah duduk di depan kami, “Aiiiiihhhh hampir saja!”. Perjalanan KA Surabaya - Banyuwangi kurang lebih 7 jam, selama
perjalanan, kami bertiga bercerita banyak, salah satunya menirukan suara khas penjual
kripik bayam ketika menawarkan dagangannya di daerah Jember, disitu kadang membuat saya
ngakak tak henti-henti hahaha. GJ.
Sesampainya di Banyuwangi, sekitar jam 9 malam kami hampir kuyub basah karena hujan yang turun malam
itu. Dengan modal nekat menggebu-nggebu, kami memutuskan untuk menerabas hujan sambil berjalan kaki kurang lebih 10 menit
menuju ke Pelabuhan Ketapang. Dan pitiful
baru kali ini kami tersesat mencari jalan masuk ke kapal ferry, kami di php
-_- (mungkin karena nggak rombongan naik kendaraan kali yak, jadi pintu
masuknya beda dan menyesatkan). Untungnya yang ter-php dengan jalan masuk kapal
tidak hanya kami, tapi ada beberapa orang terutama backpacker dari Jawa Tengah
dan Surabaya, ada juga mahasiswa Arsi ITS yang hendak ke Rinjani, Bali, Lombok, ikut tersesat pula bersama kami hahaha.
Perjalanan Ketapang - Gilimanuk memakan waktu kurang lebih 1 jam. Dan
selama perjalan, saya merasakan sea-lag, juga
sedikit envy melihat orang pacaran
begitu mesranya diatas kapal dengan suasana syahdu dihempas angin malam di selat Bali, dan well, lebih baik saya memilih tidur
dalam kedamaian.
1 jam kemudian, kami sampai di pelabuhan Gilimanuk. Akhirnya kami pun
keluar dan menyapa gerombolan pemuda yang tersesat bersama kami. Entah kenapa
si Regine ingin trip bersama mereka. Andai salah satu cowok itu tidak tampan,
mungkin kami tidak akan setuju bersama mereka hahaha. Walaupun pada endingnya kami tetap nge-trip
tanpa mereka.
Kemudian kami menuju ke Pelabuhan Padang Bai dengan menaiki BIS “BAHAGIA”
melewati Terminal Ubung, Bali, dengan tarif Rp 50.000 hingga sampai disana sekitar jam 4 pagi. Selama perjalanan saya tidak bisa melihat pemandangan kota Bali,
karena jalanannya benar-benar gelap, jarang sekali lampu jalan, dan lampu bis
pun dimatikan, alhasil cuma tidur di sepanjang perjalanan.
Sesampainya di Padang Bai, mulai nampak matahari yang malu-malu naik
diatas peradaban. Kami dikerubungi calo-calo ganas menawarkan tiket kapal ferry dan FYI wahai backpacker pemula, tetaplah fokus pada itinerary anda! Jangan termakan rayuan
gombal calo ya! Kemudian kami melanjutkan perjalanan menyebrangi laut dengan kapal
ferry (tarif Rp 40.000) ke Pelabuhan Lembar, Lombok. Perjalanan memakan waktu
4-5 jam, ngak sebentar ya ternyata. Sehingga saya harus segera menyiapkan tolak angin
dan antimo as soon as possible. Di
dalam kapal mulai terlihat pemandangan yah indah :3, selain laut di pagi hari, juga
terlihat turis-turis muda asing yang membawa tas carrier ala backpacker di atas kapal. Dan sesekali kami “SKSD”
kepada mereka alias ngajak ngobrol XD.
![]() |
Di atas kapal ferry menuju ke Pelabuhan Lembar, Lombok |
24 Januari 2014, 09.00 WITA
Sesampainya di Pelabuhan Lembar, Lombok jam 9 pagi. Banyak calo
carteran yang menghampiri kami. FYI di Lombok saya jarang melihat bis, bahkan
sepertinya tidak ada, yang ada hanyalah carteran mobil Avanza, Xenia, dan angkutan umum seperti bemo sebagai angkutan menuju ke Lombok kota. Kami pun akhirnya memilih carteran mobil menuju ke daerah Senggigi dengan tarif nego sebesar Rp 100.000 untuk bertiga.
![]() |
P. Lembar ada di Barat Daya Lombok, dan Senggigi berada di Utara Lombok |
Setelah kami sampai di Senggigi Beach Hotel, disana kami diturunkan di
depan estate hotel berbintang
layaknya 3 gembel nyasar sampai-sampai diliatin sama bule-bule cantik berbikini dan bule-bule
ganteng bersempak yang sedang lewat di depan kami hahaha. Kemudian kami menuju ke rental
motor di dekat sana yang telah di hubungi oleh Eka sebelumnya (istriable & prepareable banget nih cewek). Kami memesan 2 motor
untuk 4 hari dengan tarif Rp 310.000. Harga ini disepakati setelah kami
berdebat, melobi dan bernegosiasi dengan bapak pemilik rental yang sedikit ‘nakalan’.
Begitu motor sudah di tangan kami, WOOHOOO!!! Rasanya itu kayak pengen cepet-cepet mbolang keliling Lombok gitu hahaha. Berdasarkan informasi mas-mas carteran mobil di
Lembar, dia bilang kalau Pelabuhan Bangsal ditutup (Pelabuhan untuk menuju ke 3
Gili, Air, Meno & Trawangan) karena cuaca yang kurang bersahabat. Tapi kata
bapak rental motor, cuaca yang seperti ini tidak mungkin ditutup mbak. Piye
sih? Well, meneruskan perjalanan
dalam ketidakpastian –
Sebelum ke P. Bangsal, kami mampir di Pantai Nipah, di Pesisir
Pantai Senggigi. Subhanallah benar-benar pantai yang bersih, sepi dan tidak
berpenghuni, namun sayangnya ada seekor anjing disana yang mendadak membuat hati saya
tidak tentram (FYI, saya punya trauma dikejar anjing -_-).
Regine dengan tas carrier nya (berasa mau nanjak :p) dan Eka yang lagi bonceng saya |
Ini Pesisir Senggigi dilihat dari Jalan Raya :3 |
![]() |
Fryda yang lagi candid :p |
![]() |
Welcome to Bangsal |
Sesampai di Bangsal kami menitipkan motor dengan biaya penitipan Rp
5000. Disana kami kemudian membeli tiket perahu untuk menuju ke Gili Trawangan
seharga Rp 13.500. Mengapa kami tidak ke Gili Meno atau Gili Air? Karena saya dan
Regine ingin menuju ke tempat yang lebih ramai dan banyak bulenya :p *evil laugh*, ya di Gili Trawangan.
Nah, kalau Gili Meno atau Gili Air tempatnya lebih sepi dan damai, sehingga kalau mau nge-trip kesana lebih cocok bareng suami :'). Masalahnya saya belum bersuami (?).
Setelah membeli tiket, kami menuju ke atas perahu bersama beberapa bule yang elok tampan nan rupawan :p dan disinilah kejadian zonk oleh Eka bersama si bule terjadi…
Eka : Hello. Are you alone?
Bule : No, not really alone
actually. I’m with my ceramics on the boat.
Eka : ... *pokerface*
Ingin rasanya si Eka nyemplung ke laut saat itu juga. Padahal
maksudnya adalah kalau si bule itu lagi sendirian kan bisa bareng sama kita
gitu, eh malah jawabnya sama keramik di perahu...zonk...
Yay! GILI TRAWANGAN
Perjalanan selama 1 jam tadi dengan angin lumayan kencang membuat wajah kami terkena cipratan-cipratan
air yang rasanya asin. Sesampainya disana kami turun di pantai dan menginjakkan
kaki di Gili Trawangan untuk pertama kalinya, Subhanallah! Dalam hati saya berkata, “Wih,
depan belakang kanan kiri isinya bule semua :3" *evil laugh*. FYI, Di Gili Trawangan mayoritas isinya adalah bule, bahkan pemilik kedai-kedai ataupun lounge disana
kebanyakan juga orang bule. Sehingga kami datang kesini malah seperti turis
asing dari Jawa.
![]() |
Eka, sasaran empuk si Calo |
Jangan heran ketika sampai disana pasti banyak calo-calo ganas yang
mendekat. FYI, tetap fokus pada itinerary dan budget. Jangan mau di-guide sama mereka dalam mencari
penginapan. Sebelumnya kami sudah mencari informasi tentang penginapan yang murah di Gili, kemudian kami menuju ke penginapan ILHAM HOMESTAY dengan tarif Rp 100.000 per malamnya.
Ilham Homestay, recommended! |
Setelah meletakkan barang di penginapan, saya dan Regine tak sabar
untuk segera 'mencuci otak' di pinggir pantai, if
you know what I mean, hahaha. Lalu kami pun mencari makan terlebih dahulu karena kelaparan, dan
saran aja nih buat backpacker pemula yang mengutamakan lowcost. Jangan makan di pinggir pantai, karena harganya, buset dah diatas
Rp 20.000+++. Kurang cocok untuk gembel seperti kami wkwk. Akhirnya kami menuju ke
warung dekat pasar dan menemukan nasi campur dengan harga seporsi Rp 13.000, hehehe.
Setelah kenyang dan berenergi, ingin hati kami pun berjalan-jalan di pinggir pantai, ya JALAN KAKI, dengan
alasan menghemat biaya. Dan disinilah terjadi epic fail selanjutnya. Saat sedang santai memanjakan mata melihat pemandangan pantai, tiba tiba kami dikejutkan oleh Dosen kami a.k.a Cak Ferdy bersama keluarganya di depan kami. “Halo
pak! hehehe", sambil cengar-cengir. Seketika saya terkejut dan teringat akan nilai mata
kuliah beliau yang belum keluar di integra (Saat itu adalah masa pasca UAS). Dengan harap-harap cemas sejenak kepikiran, “Nilaiku berapa ya?”. Gara-gara pertemuan tak terduga tadi sempat membuat kami merasa sedih akan nilai yang belum keluar:'.
Sepanjang pinggir pantai Gili Trawangan kami menemukan ini |
Banyak penginapan mahal disana |
Nemu dipinggir jalan nih |
Cuma bisa lewat |
Turis Jawa :3 |
Mau makan disini? siap siap gak pulang hahaha |
Uh mendung |
Apa ini ya? |
Seleranya Regine nih xD |
Asli kayak gembel beneran xD |
Sebenarnya kami sedang ngrasani mas mas yang di depan wkwkkw |
Dia lagi mengejar calon suaminya wkwk |
Gili Backpacker |
![]() |
Beli oleh oleh khas Lombok di Gili Trawangan cukup mahal, not recommended! (Nanti akan saya kasih tau tempat yang murah buat beli oleh-oleh khas Lombok) |
![]() |
Awalnya saya ragu untuk duduk di lounge ini, tapi si Eka nekat :p |
ulala |
Beach Lounge (harusnya gak sembarangan orang boleh duduk disana) |
Dan terkadang kami cekikikan nggak jelas ketika melewati homestay ini wkwkwk |
Semakin jauh kami berjalan hari sudah menunjukkan pukul 6 sore dan
jalannya pun semakin sepi. Seketika Eka mencegat seorang bule yang sedang lewat
bersepeda dan bertanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi
pulau ini, dan bule itu menjawab, kurang lebih 2,5 jam. Mampus kan? Dengan sok
nya kami berjalan kaki tanpa tau jarak, ujung-ujungnya kami kembali ke pusat
pantai naik cidomo dengan tarif Rp 50.000 bertiga, apes.
Namanya CIDOMO |
Kami hanya menginap semalam di Gili Trawangan dan sempat gowes pada
pagi harinya (25 Januari 2015) dengan tarif sewa Rp 10.000/jam. Dan yang epic unforgettable banget adalah jika kamu cewek Muslim (pake
hijab) jangan heran kalau seketika orang pribumi disana akan catcalling tiap kali kamu lewat dengan sapaan, “ASSALAMMUALAIKUM!”, entahlah ini niatnya beneran nyapa
atau ngece ya? Mungkin karena disana mereka terlalu sering ngeliat bule-bule
berbikini kali ya. Tapi lama-lama bikin risih. -_-
![]() |
Pagi harinya kami jalan-jalan ke Art Shop Lombok Handcraft (horor ya haha) |
![]() |
Uh kain tenun yang saya pegang harganya mahal hampir setengah jeti tuh (FYI kalau mau beli kain tenun murah ada tempatnya, simak terus cerita saya sampai habis ya hahaha) |
![]() |
Gowes di tengah pulau |
![]() |
Sekilas jika dilihat dari sini, di seberang pantai Gili Trawangan keliatan pemandangan Gunung Rinjani lho :3 |
Enak tapi per scoop harganya Rp 15.000 dan kami sempat ketagihan sampai beli 2x -_- |
Fryda, Regine, Eka as known as Travelmates |
Well,
HARI KE DUA EXPLORE LOMBOK
25 Januari 2014
Kami check-out dari
penginapan Ilham Homestay sekitar jam 12 siang. Dan selama perjalanan kembali ke Pelabuhan
Bangsal, kami sempat berkenalan dengan solo-backpacker
dari Norwegia, namanya Zeanette dan Trevor dari Kanada yang traveling
bareng temen-temennya. Dan yang paling berkesan adalah Zeanette, dia sangat
ramah, dan sempat menitikkan air mata karena dia bilang kalau dia kangen
ayahnya. Hari itu visa-nya habis dan ia akan langsung ke Bali menggunakan fast boat dan melanjutkan trip ke
Filipina. Dalam hati saya bilang, “Suangar, nih cewek mbolang sendirian coy!”.
Sepulang dari Trawangan kami langsung menuju ke Mataram untuk check-in di OKA HOMESTAY yang telah
dipesan oleh Eka sebelumnya (bener bener istriable
tuh orang :p). Kami melewati Hutan Pusuk, hutan dengan berjuta monyet liar di
pinggir jalanannya, bahkan sempat ada yang menghadang di depan kami. Dan asli membuat
saya merinding -_-.
Oka Homestay dengan tarif Rp 120.000 per/hari plus dapet sarapan
gratis setiap pagi. FYI, ternyata pemiliknya adalah orang Hindu, dan apesnya lagi, saya
sempat tidak sengaja menginjak sesajen di depan pagar, alhasil saya jadi parno
berlebihan, serius -_-
Sarapan Pagi Gratis |
Di penginapan ini hampir semua tamunya adalah bule, dan lagi-lagi
teman saya Eka yang memulai perkenalan dengan mereka. Beberapa bule asal
Hungaria dan ada juga bule cantik (asli cantik) dari Prancis. Setelah bertegur
sapa, kami pun melanjutkan mbolang ke beberapa tempat berikut selepas dari Gili Trawangan:
Ini Pantai Senggigi, sayangnya pasirnya hitam |
Ini mahakaryanya si Eka wkwkw |
Habis dari OKA HOMESTAY, kami mbolang kesini |
Tujuannya mau liat sunset, tapi eh ada bule kece nggak sengaja lewat, untung cakep wkwk |
Dan akhirnya meskipun berawan, tetep Masya ALlah :') |
Nggak
afdol kalau pergi ke suatu daerah baru belum mencicipi makanan khasnya. Ayam
Taliwang di RM Taliwang Irama menjadi salah satu tujuan di itinerary kami.
Awalnya kami antusias namun alhasil kami dikecewakan dengan ayam taliwang yang
kecil dan harga yang mahal, tidak sesuai dengan ekpektasi kami gembel yang kelaparan.
Kami pesan sepaket dengan total Rp 116.600 untuk bertiga.
Time to hunt Ayam Taliwang |
Mahal :') akhirnya selanjutnya kami memutuskan untuk makan penyetan di pinggir jalanan kota Mataram |
HARI KE TIGA EXPLORE LOMBOK
26 Januari 2014
Hari ini kami akan memulai perjalanan yang jauh, menuju ke beberapa tempat wisata yang terkenal di Lombok. Mulai dari Mataram, kami akan menuju ke Lombok Utara, kemudian siangnya kami akan langsung menuju ke Lombok Selatan. Ya kira kira jarak dari Mataram ke Lombok Utara naik sepeda motor sekitar kurang lebih 2 jam.
![]() |
Menuju ke Desa Senaru, Lombok Utara (FYI di Lombok jalan rayanya sepi coy jadi kami bisa ngebut konstan hehe) |
Berjalan kaki menuju ke Air Terjun (Seandainya parit di Surabaya kayak begini...) |
Hutannya sepi ._. |
Menyusuri hutan dulu kurang lebih 2 Km. Kasian si Regine, sempet istirahat berkali-kali. Dan akhirnya sampai di Air Terjun Pertama ![]() Menuju ke Air Terjun Tiu Kelep |
Dan Voila! Setelah perjalanan panjang yang bikin napas terengah-engah, Tasbih!!! |
Setelah takjub melihat pemandangan air terjun Tiu Kelep, dan jujur ini adalah air terjun yang paling indah yang pernah saya lihat secara langsung. Seperti Niagara, hanya saja lebih hijau :3. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju ke......
![]() |
Sayangnya cuma bisa sampai Pos Pendakian Gunung Rinjani. Saat itu posnya tutup karena lagi nggak musim nanjak. |
![]() |
ehehehe gak ada siapa siapa di posnya, cuma kami bertiga dan kami sempat mengalami kejadian yang bikin parno -_- |
Perjalanan hari ini belum selesai, siangnya kami langsung meluncur dari Lombok Utara, menuju ke Lombok Selatan, yak berasa Surabaya-Malang 2x coy!
![]() |
They called it "PINK BEACH"! Pasir pantai disini benar-benar berwarna pink karena coral merah lho |
Kita foto dari atas bukit Pantai Pink, dan lihat, awannya seakan membelah horizon :3 |
Sempat hujan deras disana, jadi masih mendung dan tempatnya sangat sepi sekali |
Setelah itu kami akan melanjutkan mbolang ke Desa Sasak Sade, tapi karena jalanan masih hujan deras akhirnya kami pun mampir di sebuah warung di Lombok Selatan.
Anget anget :3 |
![]() |
Welcome! |
Kain tenun disini harganya lebih terjangkau daripada di Gili Trawangan. Disini per kainnya bisa di nego sampai Rp 50.000 lho! |
Ya ini hasilnya seharian jadi gembel di Lombok hahaha |
![]() |
Rumah ini merupakan Rumah Adat Suku Sasak Lombok. Alasnya terbuat dari tanah lho. |
![]() |
Kain tenun yang masih di produksi dengan proses konvensional. Luar biasa. |
Tadinya kami berniat untuk mbolang ke Pantai Kuta Lombok. Namun karena
kendala hujan cukup deras dan hari yang semakin gelap apalagi di Lombok Selatan
ini katanya kalau malam rawan begal, alhasil kami cuma sampai di Desa Sasak
Sade. Dan FYI, orang-orang suku Sasak mayoritas beragama Islam. Ini baru salah satu kebudayaan dan keunikan yang dimiliki Indonesia lho. Bahkan masih banyak budaya yang lainnya, yang sangat menarik untuk dipelajari.
HARI KE EMPAT EXPLORE LOMBOK
27 Januari 2014
Hari terakhir di Lombok kami mengunjungi Pasar Seni Selsela dekat
Mataram untuk membeli oleh-oleh. Dan sempat mampir ke warnet untuk memindah
foto-foto hehehe.
Nah disinilah pusat oleh-oleh khas Lombok dengan harga yang relatif terjangkau Tempatnya dekat dengan Senggigi |
Banyak kerajinan yang unik dan nyentrik disini |
Tak terasa sudah hari terakhir, waktunya kami kembali ke kampoeng
halaman dengan segala realita kehidupan yang ada (apasih). Selesai
mengembalikan motor kami bingung mau ke Pelabuhan Lembar naik apa, akhirnya
kami menemukan carteran mobil dengan tarif Rp 100.000. Regine, sangat ngidam
sekali untuk bisa kembali dan berharap bisa tinggal lebih lama lagi di Gili
Trawangan. Sepertinya dia sudah terlanjur kesengsem sama bule-bule macho disana wkwk. Bapak carteran
mobil yang mengantar kami kali ini berasal dari Flores, dan dia juga
menceritakan tentang wisata di Flores terutama Pulau Komodo. Interesting :D.
Sesampainya di Pelabuhan Lembar, lagi lagi kami mendapatkan serangan
calo-calo ganas, dengan tetep kekeuh kami langsung membeli tiket di loket dan
naik ke kapal ferry. Di sana kami bertemu dengan banyak bule lagi. Dan si Eka
pun sempat mengajak ngobrol beberapa bule yang sedang traveling sendirian ke
Indonesia. Luar biasa ya mereka, masih muda tapi sudah berani mbolang
sendirian.
Sorenya, sesampainya di Padang Bai Bali, duit kami benar-benar habis
gara-gara kebanyakan beli oleh-oleh di Lombok, alhasil rencana untuk mbolang
sehari di Bali gagal T,T. Padahal kemarin kami sempat berencana untuk mbolang ke Dream Land T,T. Kami benar-benar nggembel disini karena sebelumnya
kami tidak tahu kalau sore hari di Padang Bai itu belum ada bis jurusan Gilimanuk. Salah
satu petugas menyarankan untuk naik truk saja. Si Eka pun langsung naik ke atas
truk dan tiba-tiba datanglah seorang calo carteran mobil marah-marah. “EH NGAWUR AJA SOPIR INI! TRUK ITU BUAT
ANGKUT BARANG, BUKAN ORANG!”, dehel kan? kapan lagi coba kita pulang gratis? -_-
Kami pun berjalan keluar pelabuhan dengan sedikit nggrundel gara-gara calo tersebut
-_-, akhirnya kami memutuskan untuk naik carteran dan kebetulan disana kami bertemu
dengan seorang polisi yang sudah lama menetap di Lombok dan dia mau balik ke
Madura. Dengan takjub dia bilang, “Kalian
ini cewek-cewek nekat sekali ya?”.
Setelah nyarter, sampai di Depansar, kami pun mencari makan di Warung
Jawa (menghindari makanan yang tidak halal) sampai dibayari sama pak polisi
tadi loh dan kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Gilimanuk naik mini bis.
FYI siapkan budget cadangan untuk mengantisipasi hal-hal diluar itinerary. Sampai Pelabuhan Ketapang, kira kira sebelum subuh tanggal 28 Januari 2015, kami diikuti 2 bule asal Polandia yang buta arah, ceweknya tinggi langsing dan
cowoknya berambut gimbal reggae
panjang banget pula. Uh ala seniman rock
and roll abis pokoknya dan mereka berencana akan menuju ke Jogja. Kebetulan Eka memiliki peta wisata kota Jogja, dia pun langsung memberikan peta tersebut sebagai kenang-kenangan kepada mereka hehe.
Regine pulang dengan kereta yang berbeda dari saya dan Eka. Akhirnya
kami pulang ke kota masing-masing....
28 Januari 2014
Pukul 13.55 WIB sesampainya di Stasiun Gubeng Surabaya.
Sejak keluar dari stasiun, dalam hati saya berkata, "Selamat datang Surabaya! Panas :')"
Sekian kisah kami, semoga menghibur ya!
Thank you! :)
Special thanks to Eka and Regine :*
Alur References : Eka Prasetyani
(ekaprasetyanology.blogspot.com)
(ekaprasetyanology.blogspot.com)